PT Pertamina (Persero) belum mendapatkan penugasan khusus dari pemerintah untuk menerapkan pembatasan penyaluran bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, yaitu Pertalite dan Solar.
Padahal, pemerintah khawatir dalam waktu dekat kuota BBM itu akan habis.
Sekretaris Perusahaan Subholding Commercial & Trading PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting menjelaskan, landasan hukum untuk menentukan pembatasan penyaluran BBM tersebut hingga kini belum diperoleh perseroan, yakni revisi Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2022.
“Kita masih menunggu revisi Perpres 191/2014.
Jadi kami belum dapatkan isi final dari revisi perpres tersebut,” kata dia saat dihubungi Ahad, 28 Agustus 2022.
Irto mengatakan sampai sekarang, Pertamina baru sebatas menerima pendaftaran pembelian BBM bersubsidi melalui aplikasi MyPertamina.
Sejak 1 Juli 2022 hingga 28 Agustus, 820 ribu orang telah mendaftarkan kendaraannya melalui aplikasi tersebut.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan kuota bahan bakar minyak atau BBM bersubsidi akan habis pada September 2022 atau bulan depan.
Kuota ini akan raib jika tidak terdapat tindakan tertentu terhadap kebijakan subsidi atau konsumsi.
Menurut Sri Mulyani, kuota BBM bersubsidi akan segera habis jika tingkat konsumsi saat ini terus berlanjut.
Dia menyatakan Solar berpotensi habis pada Oktober 2022, sedangkan Pertalite akan habis lebih cepat.
“Artinya, tiap bulan 2,4 juta kiloliter (Pertalite) habis.
Jika (tren) ini diikuti, akhir September 2022 habis (kuota) untuk Pertalite,” ujar Sri Mulyani dalam rapat kerja Komite IV DPD dengan Menteri Keuangan, Bappenas, dan Bank Indonesia pada Kamis, 25 Agustus 2022.
Saat, ini tingkat konsumsi BBM sudah melebihi asumsi sehingga anggaran subsidi BBM terkuras.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa ketika pemerintah menganggarkan subsidi BBM Rp 502 triliun, terdapat penetapan volume BBM yang akan mendapatkan subsidi.
Hingga akhir 2022, ditetapkan kuota Pertalite adalah 23 juta kilo liter dan solar 15,1 juta kilo liter.
Nyatanya, pada Juli 2022 jatah Pertalite yang sudah terpakai mencapai 16,84 juta kilo liter atau 73 persen dari kuota.
Lalu, jatah Solar telah telah terpakai 9,88 juta kilo liter atau 65 persen dari kuota tersedia.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini