Kelebihan silika dalam tubuh menyebabkan kondisi silikosis.
Kebanyakan menghirup debu silika dalam jumlah besar dan terus-menerus ini yang mengakibatkan penyakit silikosis.
Silika zat yang secara alami ditemukan di beberapa jenis batu, pasir, dan tanah.
Merujuk National Health Service UK, orang yang bekerja di industri pemasangan dan pemotongan batu, konstruksi dan pembongkaran rentan mengalami penyakit silikosis.
Silika yang dihirup dalam jumlah banyak juga rentan dialami orang yang bekerja di pertambangan, penggalian, pembuatan tembikar, keramik, kaca, dan pengaspalan.
Silika akan mengendap di paru-paru yang lama-kelamaan menyebabkan pembengkakan atau peradangan secara bertahap.
Itu berakibat jaringan paru-paru mengeras dan terluka.
Akibatnya, paru-paru tak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Mengutip Healthline, gejala silikosis biasanya dialami setelah silikia terhirup selama bertahun-tahun, kemudian berkembang menjadi masalah.
Biasanya mencakup batuk terus-menerus, sesak napas, penurunan berat badan, sakit dada, demam, kaki bengkak, bibir biru, dan mudah kelelahan.
Apabila kondisi terus memburuk, gejala bisa makin parah.
Mengutip WebMD, beberapa tes untuk mendiagnosis silikosis meliputi: 1.
Rontgen dada atau CT scan Tes ini bekerja dengan memeriksa paru-paru dan mencari bekas luka.
2.
Bronkoskopi Tes ini dijalankan menggunakan tabung panjang dan tipis dengan kamera kecil di ujungnya untuk memeriksa kerusakan paru-paru.
3.
Biopsi Biopsi jaringan paru-paru, penggunaan jarum untuk memeriksa sampel.
Sampel nodul kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk mencari tanda-tanda silikosis.
4.
Tes dahak Selain digunakan untuk mengevaluasi silikosis, tes dahak juga digunakan untuk memeriksa penyakit paru-paru lainnya, seperti tuberkulosis (TB).
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.